Minggu, 19 April 2015

Resistor



Resistor
Pada dasarnya Resistor adalah komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Resistor atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Hambatan atau Tahanan dan biasanya disingkat dengan Huruf “R”. Satuan Hambatan atau Resistansi Resistor adalah OHM (Ω). Sebutan “OHM” ini diambil dari nama penemunya yaitu Georg Simon Ohm yang juga merupakan seorang Fisikawan Jerman.
Untuk membatasi dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika, Resistor bekerja berdasarkan Hukum Ohm.
Dalam rangkaian Elektronika, Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm:

Description: Rumus hukum ohm
Ukuran resistor bermacam-macam sesuai ukuran daya resistor

Fungsi Resistor
Fungsi resistor pada umumnya sebagai penghambat arus listrik atau sebagai pengatur dalam membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Dengan adanya resistor menyebabkan arus listrik dapat disalurkan sesuai dengan kebutuhan. Adapun fungsi resistor secara lengkap adalah sebagai berikut :
1. Resistor berfungsi sebagai pembagi arus
2. Resistor berfungsi Sebagai pembatas / pengatur arus
3. Resistor berfungsi Sebagai penurun tegangan
4. Resistor berfungsi Sebagai pembagi tegangan
5. Resistor berfungsi Sebagai penghambat aliran arus listrik.

Jenis-Jenis Resistor
Resistor yang juga disebut hambatan listrik berfungsi untuk mengendalikan arus listrik yang lewat pada rangkaian elektronika, dan juga mengendalikan tegangan listrik.
Resistor dibagi menjadi dua yaitu:
1. Resistor statis/ tetap, resistor tetap adalah resitor yang nilainya tidak berubah-ubah.
2. Resistor Variabel ( Variable Resistor), adalah jenis resistor yang nilainya berubah- ubah sesuai rentang / range jangkauan kemampuan resistor tersebut.

Resistor statis/ tetap
Description: Resistor, jenis, fungsi dan karakternya
Nilai dari resistor statis telah ditentukan pada waktu pembuatannya dengan di wakili oleh cincin warna yang berjumlah 4 atau 5 buah. Cincin-cincin ini sebagai kode nilai resistansi/ hambatan, jadi warna cincin-cincin resistor akan berbeda pada tiap ukurannya.

Jenis-jenis resistor bila dilihat berdasar nilainya, maka komponen ini bisa dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
Fixed Resistor yaitu resistor yang memiliki nilai hambatan tetap.
Variable Resistor yaitu resistor yang mempunyai nilai hambatan yang bisa berubah-ubah.
Resistor Non Linier yaitu resistor yang disebabkan oleh pengaruh / faktor dari lingkungan seperti cahaya atau suhu akan membuat nilai hambatannya menjadi tidak linier.

Penandaan Resistor
Resistor karbon atau metal-film dengan daya 0.25 - 3 watt biasanya menggunakan pita warna atau gelang warna sebagai penanda nilai resistansinya. Sedangkan resistor jenis lainya termasuk resistor pasang-permukaan atau resistor tempel (SMD) ditandai secara numerik jika cukup besar untuk dapat ditandai, tetapi resistor SMD yang sekarang banyak digunakan terlalu kecil untuk dapat ditandai maka biasanya dibiarkan polos, kemasan resistor tersebut biasanya diwarnai dengan warna cokelat muda, cokelat, biru, atau hijau, meskipun tidak menutup kemungkinan digunakannya warna lain, seperti merah tua atau abu-abu.

Membaca nilai resistor empat pita
Penandaan nilai resistor dengan menggunakan empat pita adalah skema kode warna yang paling sering digunakan. Ini terdiri dari empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor. Dua pita pertama merupakan informasi dua digit harga resistansi, pita ketiga merupakan pengali (lebih mudahnya adalah merupakan jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan pita keempat merupakan toleransi dari harga resistansi. Kadang-kadang ditambahkan pita kelima yang menunjukkan koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan dengan sistem lima warna sejati yang menggunakan tiga digit resistansi seperti yang diterapkan pada resistor presisi tinggi seperti jenis metaloxide-film resistor atau yang biasa disebut dengan resistor metal-film. Sebagai contoh pembacaan nilai sebuah resistor yang memiliki pita warna :

Description: Resistor empat pita warna
Jingga-Putih-kuning-Perak

Cara membacanya adalah:
pita pertama (Band 1) jingga, mempunyai harga 3
pita kedua (Band 2) putih, mempunyai harga 9, sehingga keduanya dihitung sebagai 39.
Pita ketiga (Multiplier) kuning, mempunyai harga 104 yang berarti menambahkan empat nol dibelakang angka 39 menjadi 390000,
pita keempat (Tolerance) perak, merupakan kode untuk toleransi ±10%, Secara keseluruhan skema warna jingga-putih-kuning-perak memberikan nilai 390.000Ω pada keakuratan ±10%. Dibawah ini adalah tabel warna untuk skema empat warna yang dapat digunakan sebagai acuan.

Description: tabel warna untuk skema 4 pita warna

Membaca nilai resistor lima pita
Penandaan nilai resistor dengan menggunakan lima pita digunakan pada resistor presisi tinggi (toleransi 1%, 0.5%, 0.25%, 0.1%). Tiga pita pertama menunjukkan harga resistansi, pita keempat adalah pengali (Mulitiplier), dan yang kelima adalah toleransi. Dibawah ini adalah tabel warna untuk skema lima warna yang dapat digunakan sebagai acuan.

Description: tabel warna untuk skema lima pita warna

Resistor adalah komponen elektronik dua kutub yang didisain untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik dengan resistensi tertentu (tahanan) dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap resistensi berbanding dengan arus yang mengalir berdasarkan hukum ohm.

Penulisan nilai resistor bergantung dengan sistem kode warna dan kode angka.

Nilai resistor yang terukur dengan avometer hasilnya baik, karena nilai simpangan yang diperoleh tidak jauh dengan nilai resistor berdasarkan kode warna.

Nilai resistor yang terukur masih baik karena masuk ke dalam kategori range yang telah dihitung.


Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM (digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun listrik DC.
Cara menggunakan Multimeter
  1. Mengukur tegangan DC
    • Atur Selektor pada posisi DCV.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
    • Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
    • Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
    • Baca hasil ukur pada multimeter.
  2. Mengukur tegangan AC
    • Atur Selektor pada posisi ACV.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
    • Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
    • Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
    • Baca hasil ukur pada multimeter.
  3. Mengukur kuat arus DC
    • Atur Selektor pada posisi DCA.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
    • Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
    • Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan AC, karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
    • Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
    • Baca hasil ukur pada multimeter.
  4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap
    • Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
    • Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur
    • Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
    • Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.
  5. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)
    • Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
    • Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
    • Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
    • Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
    • Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.
  Multimeter adalah suatu peukur yang dapat digunakan untuk mengukur resistansi (sebagai ohm meter),tegangan (sebagai voltmeter),dan arus (sebagai ampere meter),baik gelombang bolak-balik  (AC) atau searah  (DC).
            Tahanan adalah salah satu  parameter dasar dari suatu  rangkaian listrik maupun elektronika.Dalam setiap pemakaian atau perencanaan rangkaian tahanan selalu dikutsertakan untuk maksud tertetu.
            Pengukuran resistansi suatu resisor bisa diukur pada pembacaan skala meter. Perhatikan untuk pengukuran perkalian x1kΩ,x1,x10Ω,dan sebagainya.pengukuran ini disebut pengukuran secara langsung.demikian juga ntuk penguuran tegangan/voltmeter,posisi skalar multimeter diletakkan pada posisi volt dan perhatkan skala volt meter serta baca jarum penunjukan harga tegangan yang didapat.

Analisa Data
Dari masing-masing resistor dapat dilihat bahwa sebagian besar resistor yang dijadikan komponen dalam percobaan ini dalam keadaan buruk atau sudah tidak bisa dipakai lagi, walaupun ada beberapa resistor yang masih bekerja dengan baik. Itu semua diperkuat dengan nilai hambatan resistor yang diukur dengan resistor yang dihitung mempunyai perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya itu, nilai e (error) yang dicari dengan rumus:


mempunyai nilai yang lebih besar dari pada nilai toleransi yang terdapat dalam resistor yang diwakilkan oleh warna kelima.
Sedangkan resistor yang dalam keadaan baik dapat dilihat dari nilai e (error) yang tidak melebihi toleransi yang diberikan oleh masing-masing resistor.

Kesimpulan
Pengukuran nilai hambatan resistor dalam percobaan ini menggunakan AVOmeter. Dalam pengukuran ini sering terjadi kesalahan, salah satu kesalahannya tidak sesuainya jarum dengan angka nol. Pengukuran nilai hambatan dengan membaca kode warna pada resistor juga sering megalami kesalahan ataupun kesulitan membaca warna karena resistor yang digunakan dalam percobaan ini terlalu lama disimpan sehingga menyebabkan warna yang terdapat pada resistor hilang (memudar). Perbedaan sudut padang juga dapat mempengaruhi pergeseran jarum pada AVOmeter.
Selain besar resistor, faktor yang perlu diketahui dari suatu resistor adalah keadaannya. Karena jika keadaan suatu resistor itu tidak baik atau tidak layak pakai tetapi masih digunakan juga, akan terjadi konsleting yang menyebabkan rusaknya barang-barang yang menggunakan resistor tidak layak pakai itu.
Besarnya nilai resistansi suatu resistor tergantung urutan warna yang tertera pada cincin resistor.
Perbedaan hasil pengukuran suatu resistansi dengan pembacaan pada warna cincin disebabkan oleh keadaan multimeter yang tidak stabil.
Resistor yang dipasang seri akan memiliki daya resistansi yang kuat/tinggi dibandingkan resistor yang dipasang secara paralel.
Dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan multimeter (ohm meter) analog pada saat melakukan perubahan batas ukur, perlu melakukan kalibrasi atau menghubung singkat untuk mengatur jarum multimeter (ohm meter) analog pada posisi 0 (nol), agar pengukuran menjadi akurat.

· Strikethrough, memberikan tulisan dengan diberi garis ditengah teks tersebut. Contoh
· “Efek Strikethrough”
· Double Strikethrough, sama dengan efek diatas bedanya pada jenis ini garisnya dua.
· Contoh “Efek Double Strikethrough”.
· Superscript, akan memberikan efek, teks akan naik ½ tinggi huruf. Biasanya digunakan
· untuk membuat perpangkatan, seperti “m ”.
· Subscript, akan memberikan efek, teks akan turun ½ tinggi huruf. Biasanya digunakan
· dalam penulisan kata-kata ilmiah, seperti “CO ”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar